Kamis, 22 November 2012

SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA

  Letak kerajaan Sriwijaya dan peninggalannya

Letak kerajaan Sriwijaya dan peninggalannya

admin September 19, 2012 2
Sejarah adalah suatu peristiwa di masa lampau yang dipelajari dari bukti berupa benda yang memuat informasi tertentu. Dalam hal kerajaan Sriwijaya ini, jarak waktu yang terlalu jauh menjadikan banyak perdebatan mengenai sejarah kerajaan sriwijaya ini, termasuk diantaranya adalah letak pasti kerajaan yang berkembang di abad ke-7 masehi ini. Pendapat ini memiliki dukungan bukti tertentu yang membuat semakin sulit mengetahui letak kerajaan Sriwijaya secara pasti. Pendapat yang pertama datang dari Pirre-Yves Manguin yang melakukan penelitian pada tahun 1993, dimana ia berpendapat bahwa kerajaan Sriwijaya terletak di daerah sungai Musi antara Bukit Siguntang dan Sabokiking yang saat ini masuk dalam wilayah provinsis Sumatera Selatan.  Prasasti Kota Kapur
Pendapat lain adalah dari ahli sejarah Soekmono yang mengatakan bahwa pusat kerajaan Sriwijaya ada di hilir sungai Batanghari, yakni antara Muara Sabak hingga Muara Tembesi yang berada di provinsi Jambi. Ada lagi pendapat lain yang mengatakan bahwa pusat kerajaan Sriwijaya ada di sekitar candi Muara Takus yang masuk dalam provinsi Riau yang dikemukakan oleh Moens. Dasar dari pendapat ini adalah petunjuk rute perjalanan I Tsing dan ide mengenai persembahan untuk kaisar China pada tahun 1003, yakni berupa candi. Namun hingga kini belum ada kesepakatan dan bukti yang sangat kuat dimana pusat kerajaan Sriwijaya sebenarnya berada.

Peninggalan kerajaan Sriwijaya

Peninggalan kerajaan Sriwijaya ada dua macam, yakni secara fisik yang berupa benda yang membuktikan kerajaan ini pernah ada di masa lalu dan peninggilan sosio-kultural yang hingga saat ini masih dianut oleh bangsa kita. Peninggalan fisik ini berupa candi, prasasti dan benda-benda lain seperti keramik dan gerabah yang ada di berbagai daerah di wilayah Asia Tenggara. Prasasti kerajaan Sriwijaya antara lain:
  1. Prasasti Kota Kapur di Bangka
  2. Prasasti Telaga Batu ditemukan pada tahun 1918
  3. Prasasti Karang Berahi ditemukan pada tahun 1904
  4. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada tahun 1920
  5. Prasasti Talang Tuo ditemukan pada tahun 1920
  6. Prasasti Boom Baru
Diantara semua prasasti di dalam negeri tersebut, prasasti Kota Kapur adalah prasasti tertua yang bertahun 682 masehi. Prasasti ini menceritakan perjalanan Dapunta Hyang dari Minanga dengan perahu berasama 20.000 pasukan dan 200 peti perbekalan serta 1.213 tentara yang berjalan kaki.
Selain di dalam negeri, Sriwijaya juga meninggalkan jejak di luar negeri. Peninggalan Sriwijaya dapat ditemukan di India berupa kuil Budha. Kerajaan Sriwijaya memiliki peninggalan selain prasasti yakni berupa barang keramik dan tembikar. Salah satu contohnya adalah peninggalan di Jawa Tengah yang masih dapat kita lihat sampai saat ini. Peninggalan ini terjadi pada saat Sriwijaya memindahkan pusat kekuasaan dari Sumatera ke Jawa. Pada masa itu kerajaan diperintah dari wangsa Syailendra yang membangun banyak candi seperti candi Kalasan, candi Sewu dan candi Borobudur.
Prasasti Kota Kapur
Foto Prasasti Kota Kapur

Prasasti Telaga Batu
foto Prasasti Telaga Batu

Prasasti Karang Berahi
foto Prasasti Telaga Batu
Prasasti Kedukan Bukit
Foto Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Talang Tuo
FOto Prasasti Talang Tuo

Prasasti Boom Baru
Foto Prasasti Boom Baru
Dalam hal sosio-kultural, pengaruh kerajaan Sriwijaya saat ini masih menjadi inspirasi budaya, misalnya lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Tarian Sevichai di Thailand selatan juga merupakan inspirasi dari seni budaya Sriwijaya. Yang paling penting dari itu semua adalah penyebaran bahasa melayu yang merupakan akar dari Bahasa Indonesia. Bahaya melayu kuno memang digunakan pada zaman kerajaan Sriwijaya yang dibuktikan dengan prasastinya yang menggunakan bahasa tersebut. Hubungan dagang yang dilakukan menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa standar. Bahasa melayu pun menjadi dikenal luas. Itulah kenapa alasan Bahasa Indonesia menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa Induk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar