L E M A T A N G
Sungai Lematang merupakan sungai terbesar di Kabupaten Lahat.
Sepanjang sungai ini, sebenarnya merupakan obyek wisata alami yang
memantulkan keindahan tersendiri. Lematang, seperti sungai-sungai lain
yang mengalir di daerah ini, memiliki arus deras, sedang di berbagai
tempat terdapat batu-batu besar. Sungai ini, terutama di bagian hulu,
setiap tahun menjadi ajang lomba rakit tradisional yang di gelar tanggal
7 Agustus. Lomba yang cukup riskan dan penuh petualangan ini disaksikan
ribuan penonton baik lokal maupun wisatawan. Apalagi untuk menyaksikan
lomba yang menjadi rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan itu tanpa
memungut bayaran.
AIR TERJUN KARANG DALAM
Lokasi air terjun ini berada sesudah wilayah dusun Kuba, dengan
wilayah yang mudah dijangkau dan bila anda memang menyukai tantangan
tempat ini cocok untuk Anda. perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki
yang cukup jauh karena kendaraan tidak dapat masuk. Jadi jangan lupa
mampir kesana ya.
KEBUN BINATANG RIBANG KEMAMBANG
Kebun binatang ini terletak di kota Lahat, merupakan tempat wisata
buatan yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Lahat. dan tidak sulit
untuk menjangkaunya. Cukup dengan angkot atau ojek yang sering mangkal
anda bisa langsung di antar ke tujuan. Kebun ini memiliki kolam, tapi
lebih tepat danau kecil karena cukup besar untuk sebuah kolam. Danau ini
berisi ikan dan satwa air yang sering kita lihat. Namun sekarang
sepertinya Pemda Kota Lahat kurang memperhatikan objek wisata ini.
Padahal ini bisa menjadi salah satu objek yang bagus.
Taman rekreasi Ribang Kemambang ini terdiri atas kolam pemancingan,
kebun binatang mini, dan halaman rekreasi yang telah dihijaukan oleh
pepohonan.
AIR TERJUN BIDADARI
Air Terjun Bidadari terletak di desa Karang Dalam Kecamatan Pulau Pinang kurang lebih 8 km dari kota Lahat.
Disekitar lokasi Air Terjun tersebut, ada 3 Air Terjun (Air Terjun
Bujang Gadis, Air Terjun Sumbing dan Air Terjun Naga) lagi yang dapat
dinikmati dengan menyusuri aliran dari Air Terjun Bidadari.
Masih banyak Air Terjun dan objek wisata alam lainnya,seperti :
Air Terjun Kerinjing
Air Terjun Lawang Agung
Air Terjun Lintang (Keban)
Tebat Sekedi
Gua Mesanap Mesaris
Gua Sarang Burung (Gua Besar)
Gua Suruman
Pesona Sungai Lematang
Sumber Air Panas Tanjung Sakti
Catatan dari saya : Saya baru mencoba Air Terjun Bidadari, untuk yang lain belum sempat hehehehe
Sumber Air Panas Tanjung Sakti
Sumber Air Panas Tanjung Sakti dapat ditempuh dari Ibukota Kecamatan
sekitar 10 menit perjalanan menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4.
Karena letaknya berada dekat dengan pusat keramaian Kecamatan Tanjung
Sakti. Letak Sumber Air Panas ini berada tepat dibawah jembatan yang
setiap hari dilalui oleh masyarakat sekitar.
AIR TERJUN LAWANG AGUNG
Salah satu potensi wisata yang berada di Kecamatan Jarai ini layak
untuk dikembangkan untuk menambah pendapatan daerah, dengan lokasi yang
tidak terlalu jauh dari jalan utama, lokasi Air Terjun Lawang Agung
dapat dicapai dengan menggunakan mobil. Kondisi jalan menuju lokasi
sekitar 500 m, dengan kondisi jalannya menurun dan berbatu-batu kecil.
TEBAT SEKEDI
Danau indah yang dikelilingi oleh pemandangan terletak 20 km dari kecamatan Muara Pinang desa Sukadana
Sabtu, 24 November 2012
Kamis, 22 November 2012
LAHAT KOTA KITA 23/11/2012
Palembang, Harianlahat.com –
Kris Samiaji, fotografer harian Sumatera Ekspres (Sumeks) menjadi
korban kekerasan anggota TNI dari kesatuan Pangkalan TNI AU
Palembang, saat meliput aksi unjuk rasa warga RT 27 Kelurahan Kebun
Bunga Kecamatan Sukarami, Palembang akibat sengketa tanah antara warga
dengan TNI AU. Unjuk rasa yang memblokir Jl Letjen Harun Sohar menuju
bandar udara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II tepat di seberang jalan
Yayasan Mardi Wacana, SMP, SMA, dan SMK, diwarnai bentrok antara warga
dengan anggota TNI AU yang berusaha membubarkan aksi. Saat bentrok itu,
Kris Samiaji bersama fotografer Seputar Indonesia (Sindo) Mushaful Imam dan wartawan harian Berita Pagi mengambil gambar bentrok tersebut.
Namun ada beberapa anggota TNI AU yang mengejar ke arah tiga jurnalis tersebut. Mushaful Imam bisa lari dan lolos dari kejaran, namun malang bagi Kris Samiaji bersama Adi Kurniawan, mereka mendapat pukulan dan tendangan dari anggota TNI AU.
Menurut Kris yang dilansir dibeberapa media mengatakan ada sekitar sepuluh orang anggota TNI AU berbaju loreng mengejar ke arah mereka, memukul dan berusaha merampas kamera miliknya.
“Saya sempat menunjukkan kartu pers, tetapi saya terus dipukul dan ditendang. Kamera terus saya dilindungi,” katanya.
Sementara itu Adi Kurniawan jurnalis harian Berita Pagi juga mengaku mendapat kekerasan. Saat dirinya merekam aksi kekerasan anggota TNI AU tersebut dengan telepon seluler, Adi mengaku sempat dicekik dan dipaksa menghapus rekaman dan telepon selulernya sempat dibanting. [jajangrkawentar]
Namun ada beberapa anggota TNI AU yang mengejar ke arah tiga jurnalis tersebut. Mushaful Imam bisa lari dan lolos dari kejaran, namun malang bagi Kris Samiaji bersama Adi Kurniawan, mereka mendapat pukulan dan tendangan dari anggota TNI AU.
Menurut Kris yang dilansir dibeberapa media mengatakan ada sekitar sepuluh orang anggota TNI AU berbaju loreng mengejar ke arah mereka, memukul dan berusaha merampas kamera miliknya.
“Saya sempat menunjukkan kartu pers, tetapi saya terus dipukul dan ditendang. Kamera terus saya dilindungi,” katanya.
Sementara itu Adi Kurniawan jurnalis harian Berita Pagi juga mengaku mendapat kekerasan. Saat dirinya merekam aksi kekerasan anggota TNI AU tersebut dengan telepon seluler, Adi mengaku sempat dicekik dan dipaksa menghapus rekaman dan telepon selulernya sempat dibanting. [jajangrkawentar]
SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA
Letak kerajaan Sriwijaya dan peninggalannya
Sejarah
adalah suatu peristiwa di masa lampau yang dipelajari dari bukti berupa
benda yang memuat informasi tertentu. Dalam hal kerajaan Sriwijaya ini,
jarak waktu yang terlalu jauh menjadikan banyak perdebatan mengenai sejarah kerajaan sriwijaya
ini, termasuk diantaranya adalah letak pasti kerajaan yang berkembang
di abad ke-7 masehi ini. Pendapat ini memiliki dukungan bukti tertentu
yang membuat semakin sulit mengetahui letak kerajaan Sriwijaya secara
pasti. Pendapat yang pertama datang dari Pirre-Yves Manguin yang
melakukan penelitian pada tahun 1993, dimana ia berpendapat bahwa
kerajaan Sriwijaya terletak di daerah sungai Musi antara Bukit Siguntang
dan Sabokiking yang saat ini masuk dalam wilayah provinsis Sumatera
Selatan.
Pendapat
lain adalah dari ahli sejarah Soekmono yang mengatakan bahwa pusat
kerajaan Sriwijaya ada di hilir sungai Batanghari, yakni antara Muara
Sabak hingga Muara Tembesi yang berada di provinsi Jambi. Ada lagi
pendapat lain yang mengatakan bahwa pusat kerajaan Sriwijaya ada di
sekitar candi Muara Takus yang masuk dalam provinsi Riau yang
dikemukakan oleh Moens. Dasar dari pendapat ini adalah petunjuk rute
perjalanan I Tsing dan ide mengenai persembahan untuk kaisar China pada
tahun 1003, yakni berupa candi. Namun hingga kini belum ada kesepakatan
dan bukti yang sangat kuat dimana pusat kerajaan Sriwijaya sebenarnya
berada.
Peninggalan kerajaan Sriwijaya
Peninggalan
kerajaan Sriwijaya ada dua macam, yakni secara fisik yang berupa benda
yang membuktikan kerajaan ini pernah ada di masa lalu dan peninggilan
sosio-kultural yang hingga saat ini masih dianut oleh bangsa kita.
Peninggalan fisik ini berupa candi, prasasti dan benda-benda lain
seperti keramik dan gerabah yang ada di berbagai daerah di wilayah Asia
Tenggara. Prasasti kerajaan Sriwijaya antara lain:
- Prasasti Kota Kapur di Bangka
- Prasasti Telaga Batu ditemukan pada tahun 1918
- Prasasti Karang Berahi ditemukan pada tahun 1904
- Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada tahun 1920
- Prasasti Talang Tuo ditemukan pada tahun 1920
- Prasasti Boom Baru
Diantara
semua prasasti di dalam negeri tersebut, prasasti Kota Kapur adalah
prasasti tertua yang bertahun 682 masehi. Prasasti ini menceritakan
perjalanan Dapunta Hyang dari Minanga dengan perahu berasama 20.000
pasukan dan 200 peti perbekalan serta 1.213 tentara yang berjalan kaki.
Selain
di dalam negeri, Sriwijaya juga meninggalkan jejak di luar negeri.
Peninggalan Sriwijaya dapat ditemukan di India berupa kuil Budha.
Kerajaan Sriwijaya memiliki peninggalan selain prasasti yakni berupa
barang keramik dan tembikar. Salah satu contohnya adalah peninggalan di
Jawa Tengah yang masih dapat kita lihat sampai saat ini. Peninggalan ini
terjadi pada saat Sriwijaya memindahkan pusat kekuasaan dari Sumatera
ke Jawa. Pada masa itu kerajaan diperintah dari wangsa Syailendra yang
membangun banyak candi seperti candi Kalasan, candi Sewu dan candi
Borobudur.
Dalam
hal sosio-kultural, pengaruh kerajaan Sriwijaya saat ini masih menjadi
inspirasi budaya, misalnya lagu dan tarian tradisional Gending
Sriwijaya. Tarian Sevichai di Thailand selatan juga merupakan inspirasi
dari seni budaya Sriwijaya. Yang paling penting dari itu semua adalah
penyebaran bahasa melayu yang merupakan akar dari Bahasa Indonesia.
Bahaya melayu kuno memang digunakan pada zaman kerajaan Sriwijaya yang
dibuktikan dengan prasastinya yang menggunakan bahasa tersebut. Hubungan
dagang yang dilakukan menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa standar.
Bahasa melayu pun menjadi dikenal luas. Itulah kenapa alasan Bahasa
Indonesia menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa Induk.
TEMPAT WISATA
Lokasi Wisata di Sekitar Kota Lahat, SUMSEL
BUKIT SERELOBukit Serelo terletak sekitar 20 km dari kota Lahat. Penduduk setempat menyebutnya Bukit Tunjuk (sebagian gunung Jempol..padahal cuma bukit sih aneh juga), karena bentuk puncaknya yang mirip telunjuk yang mencuat ke langit.
Jika anda bepergian dari Muara Enim, menjelang 20 km memasuki kota Lahat, bukit itu terlihat jelas di sebelah kiri. Dibawahnya terdapat sebuah kompleks untuk menjinakkan, melatih dan mendidik gajah. Sekitar 40 ekor sudah dijinakkan di tempat ini, namun baru sebagian yang dapat diandalkan untuk para pengunjung. Anda dapat juga membuat foto dengan gajah-gajah itu. Tinggal berikan tip sebesar Rp. 5.000,- kepada pawang dan anda dapat berpose sepuasnya. Tidak menjadi soal apakah anda akan memotret untuk 1 roll film atau slide. Tetapi jangan lupa memberikan hadiah kepada gajah-gajah itu, berupa gula-gula, kacang dan sebagainya.
Dibeberapa tempat dibawah bukit terdapat beberapa tempat untuk berkemah atau rekreasi. Para pramuka dan anak-anak muda acapkali mengunjungi tempat-tempat itu. Sebuah sungai kecil dengan air yang jernih dan belum tercemar, dapat menyegarkan anda.
GUNUNG DEMPO
Gunung Dempo merupakan salah satu obyek wisata alam Kabupaten Lahat. Gunung tertinggi di Sumatera Selatan ini dapat dicapai langsung dari Palembang dengan kendaraan pribadi selama lebih kurang 6 jam, menempuh jarak sepanjang 295 km. Dapat juga mempergunakan bus umum dari Lahat menuju Pagar Alam (60 km), dan dari sini dilanjutkan dengan bus lain menempuh jarak 9 km sampai ke perkebunan dan pabrik teh lereng gunung.
Anda dapat menginap di mess yang tersedia sambil menikmati pemandangan alam indah sekitarnya. Namun apabila ingin melakukan pendakian ke puncak gunung, maka diperlukan bantuan pawang yang disediakan mess.
Gunung Dempo mempunyai dua puncak. Diatas puncak kedua yang lebih rendah terdapat sebuah kawah yang mengeluarkan batu belerang. Kawah ini terletak ditengah lapangan pasir dan bebatuan yang biasa dipergunakan para pendaki untuk beristirahat dan berkemah. Pendakian dari Pabrik teh ke puncak ini membutuhkan paling tidak 6 jam perjalanan. Para pendaki selain menginginkan petualangan, juga pencinta alam.
AIR TERJUN LEMATANG DAN NDIKAT
Di antara Lahat dan Pagar Alam terdapat dua air terjun yang masing-masing setinggi 40 meter lebih. Lebih dekat ke arah Lahat disebut air terjun Ndikat, sedang ke arah Pagar Alam disebut air terjun Lematang. Keduany menampilkan panorama alam yang sama.
Pada hari-hari libur atau Minggu kedua air terjun ini ramai dikunjungi wisatawan, untuk rekreasi atau piknik.
Kedua tempat wisata ini dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor, baik dari Lahat maupun Pagar Alam. Namun untuk lebih mendekat ke air terjun harus turun berjalan kaki, yang tidak kurang asyiknya adalah selama perjalanan melalui liku-liku tajam sehingga cukup menegangkan.
Rabu, 21 November 2012
SEJARAH LAHAT
Sekitar tahun1830 pada masa kesultanan
Palembang di Kabupaten Lahat telah ada marga, marga-marga ini terbentuk
dari sumbai-sumbai dan suku-suku yang ada pada waktu itu seperti :
Lematang, Pasemahan, Lintang, Gumai, Tebing Tinggi dan Kikim. Marga
merupakan pemerintahan bagi sumbai-sumbai dan suku-suku. Marga inilah
merupakan cikal bakal adanya Pemerintah di Kabupaten Lahat.
Pada masa bangsa Inggris berkuasa di
Indonesia, Marga tetap ada dan pada masa penjajahan Belanda sesuai
dengan kepentingan Belanda di Indonesia pada waktu itu pemerintahan di
Kabupaten Lahat dibagi dalam afdelling (Keresidenan) dan onder afdelling
(kewedanan) dari 7 afdelling yang terdapat di Sumatera Selatan, di
Kabupaten Lahat terdapat 2 (dua) afdelling yaitu afdelling Tebing Tinggi
dengan 5 (lima) daerah onder afdelling dan afdelling Lematang Ulu,
Lematang Ilir, Kikim serta Pasemahan dengan 4 onder afdelling. Dengan
kata lain pada waktu itu di Kabupaten Lahat terdapat 2 keresidenan. Pada
tanggal 20 Mei 1869 afdelling Lematang Ulu, Lematang Ilir,serta Pasemah
beribu kota di Lahat dipimpin oleh PP Ducloux dan posisi marga pada
saat itu sebagai bagian dari afdelling. Tanggal 20 Mei akhirnya
ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Lahat sesuai dengan Keputusan
Gebernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan No. 008/SK/1998
tanggal 6 Januari 1988.
Masuknya tentara Jepang pada tahun 1942,
afdelling yang dibentuk oleh Pemerintah Belanda diubah menjadi sidokan
dengan pemimpin orang pribumi yang ditunjuk oleh pemerintah militer
Jepang dengan nama Gunco dan Fuku Gunco. Kekalahan Jepang pada tentara
sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 dan bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, maka
Kabupaten Lahat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera
Selatan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1948, Kepres No. 141 Tahun 1950, PP
Pengganti UU No. 3 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950. Kabupaten Lahat
dipimpin oleh R. Sukarta Marta Atmajaya, kemudian diganti oleh Surya
Winata dan Amaludin dan dengan PP No. 1959 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II dalam Tingkat I provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Lahat
resmi sebagai daerah Tingkat II hingga sekarang dan UU No. 22 Tahun 1999
tentang Otda, dan dirubah UU No. 32 Tahun 2004 menjadi Kabupaten Lahat.
Langganan:
Postingan (Atom)